Selasa, 06 September 2011

Koran Pagi

Bosan baca koran pagi.
Beritanya melulu tentang orang-orang tanpa rasa nasionalisme.
Semua berpikir untuk cari uang dengan menjual satu persatu organ tanah air ini. Lama-lama kita jadi lumpuh. Lekas atau lambat kita bakal jadi warga negara lain. Jadi budak di tanah air sendiri yang sudah tergadai karena orang-orang pejabat kita tahunya cuma agar bisa kenyang.

Apa sih salahnya berkorban sedikit untuk menjadi orang merdeka di rumah sendiri?
Apa sih susahnya bersabar sedikit untuk jadi pesuruh dan beberapa tahun kemudian jadi raja?
Kenapa semua harus buru-buru jadi "tukang lelang" seolah-olah takut betul tidak kebagian jatah di negara yang sepantasnya mampu menjamin melebihi 7 turunan anak cucu?

Kalau punya rasa  cinta sedikit saja sama Indonesia, mungkin kita tidak perlu terlalu banyak punya komentator yang lama-lama suaranya parau dan tidak terdengar lagi.
Miris sekali rasanya jadi orang awam di negeri ini, karena sangking awamnya dan ga punya pendidikan, maka selalu disuguhkan film murahan dan mudah ditebak endingnya. Orang atasan di negeri terkasih ini pintar-pintar banget membodohi dan yakin sekali kalau rakyat pasti orang bodoh.





Selasa, 31 Mei 2011

Membuka Lembaran Pertama

 Bismillahirohmanirohim...

Kubuka lembaran pertama diary online-ku. Berharap kepala yang selalu memutar film khayalan "ga bener" bisa jadi bener. Bukan artian, kepalaku ini suka menguraikan imaji-imaji yang merujuk pada pornografi. Aku hanya ingin agar kepala ini tidak "sakit" dengan imaji yang kuciptakan dan kupaksakan untuk menjadi tampak nyata untuk diriku sendiri.

Menulis, mungkin itu satu alasan aku membuat diary online. agar setiap celetukan dari kepala ini bisa kumuntahkan dengan segera. Tanpa harus menentukan muntahan satu ditempatkan ke loket satu, muntahan dua ditempatkan ke loket dua. Aku hanya ingin membebaskan otak kananku yang terus dipenjara otak kiri selama belasan tahun. Aku hanya ingin Menulis. Menulis. Menulis. Entah bermakna atau tidak. Yang penting bisa dimuntahkan saja apa yang dirasa dan dipikirkan. Mungkinkah aku telah diprovokasi oleh pikiranku sendiri?